LDII Watch

August 4, 2006

[Kliping] Runtuhnya Dinasti LDII (Dialog 2)

Filed under: Kliping Artikel Kontra LDII — ldiiwatch @ 6:41 pm

Penulis: Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A.

Sebelum membaca dialog yang kedua ini, kami mohon kepada ikhwah semuanya untuk membaca dialog-dialog sebelumnya, yaitu pada artikel “Dialog Bersama LDII dan Nasihat Untuk Kembali ke Manhaj Salafus Sholih” dan “Runtuhnya Dinasti LDII (Dialog 1)“. Dan ini sangat kami sarankan karena antar artikel tersebut memiliki tautan yang sangat erat, dan tidak akan bisa secara utuh memahami tulisan ustadz ini kecuali dengan membaca dan memahami artikel-artikel sebelumnya.

Adapun pertanyaan saudara Luqman Taufiq selanjutnya, yaitu:

Luqman Taufiq berkata,
“Kalo kita tidak punya imam, tdk membaiatnya, kemudian tdk bergabung dengan jamaah yg ada imam tsb, maka kita dihukumi masih belum islam alias kafir. adapun dalil yg di gunakan :
a. Dan barangsiapa mati sedang tidak ada ikatan bai’at pada lehernya maka ia mati seperti matinya orang jahiliyah.” (HR. Muslim) Mohon di jelaskan bagaimana Praktek kita mengamalkan bai’at utk kondisi saat ini, apakah mati jahiliyyah tsb sama dgn penjelasan ulama ldii yaitu mati sebelum datangnya islam (kafir) ?
b. Innahu laa islama illaa bi-jamaatin, wa-laa jamaatin illaa bi-imaara-tin, wa-laa imaaratina illa bi- taatin”….Sesungguhnya tidak ada Islam tanpa Jama’ah dan tidak ada Jama’ah tanpa Imarah (pimpinan) dan tidak ada Imarah tanpa taat (kepatuhan)…… (Riwayat Ad-Daarimi bab Dziha- bul ‘ilm)
Mohon Penjelasan ttg hadist mauquf tsb, apakah hadist tsb shohih ataukah dhoif, kalo dhoif sebabnya apa dan kalo shohih bagaimana syarah yang bener menurut penjelasan para ulama?”

Jawaban:
Semoga Allah Ta’ala memberikan balasan yang sebesar-besarnya atas kejujuran saudara Luqman Taufiq ini, kejujuran dengan mengakui bahwa LDII mengajarkan bahwa setiap orang yang tidak bergabung dengannya secara khusus atau secara umum tidak memiliki Imam, maka keislamannya tidak sah. Dan pada kesempatan ini saya hendak menyampaikan kabar gembira kepada saudara kita Luqman Taufiq, berupa sabda Nabi shollallahu’alaihiwasallam:

عليكم بالصدق فإن الصدق يهدي إلى البر، وإن البر يهدي إلى الجنة، وما يزال الرجل يصدق ويتحرى الصدق حتى يكتب عند الله صديقا، وإياكم والكذب، فإن الكذب يهدي إلى الفجور وإن الفجور يهدي إلى النار ولا يزال الرجل يكذب ويتحرى الكذب حتى يكتب عند الله كذابا. متفق عليه

“Hendaknya kalian berbuat jujur, karena kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan kepada surga, dan tidaklah seseorang senantiasa berbuat jujur dan berusaha untuk berbuat jujur hingga akhirnya dicatat di sisi Allah sebagai shiddiq (orang yang senantiasa jujur). Dan Jauhilah perbuatan dusta, karena kedustaan akan menunjukkan kepada kekejian, dan kekejian akan menunjukkan kepada neraka, dan tidaklah seseorang berbuat dusta dan berusaha untuk berdusta, hingga akhirnya dicatat di sisi Allah sebagai kazzab pendusta.” (Muttafaqun ‘alaih)

Adapun yang berkenaan dengan makna hadits yang dipertanyakan oleh saudara Taufiq Lukman, maka di atas telah dijabarkan makna “mati dalam keadaan jahiliyyah“.

Yang ingin saya tambahkan disini ialah: wahai saudaraku sekalian! Ketahuilah ini adalah rahasia berbagai perilaku nyleneh dan ketertutupan kaum LDII. Mereka meyakini bahwa selain kelompoknya adalah kafir karena tidak berbai’at dengan imamnya, sehingga keislamannya/ilmunya tidak mangkul. Dan (menurut mereka) setiap yang kafir adalah najis, sebagaimana yang telah saya bahas pada dialog pertama.

Bila diamati dan dicermati lebih mendalam, maka sebenarnya doktrin ini bukanlah hasil karya Nur Hasan Ubaidah pendiri LDII, akan tetapi ia hanyalah sekedar menjiplak (orang LDII akan membacanya: mencuri) doktrin yang telah lama dianut oleh sekte Syi’ah Imamiyyah. Syi’ah Imamiyyah mensyaratkan agar keislaman seseorang sah untuk membai’at imam yang ma’shum (tidak memiliki kesalahan), demikian juga halnya LDII, setiap orang muslim harus membai’at Imam Bithonah yang menurut mereka ma’shum, sehingga Al Qur’an dan hadits yang tidak dibacakan oleh Imam Bithonah atau perwakilannya tidak sah dan syahadatain yang tidak dibacakan dan dibimbing oleh Imam Bithonah atau agennya maka tidak sah, karena Al Qur’an, Hadits dan ucapan Syahadat tersebut (menurut doktrin mereka) adalah hasil curian, alias palsu atau bajakan atau tiruan, atau imitasi dan tidak asli. Innnalillahi wa inna ilaihi raji’un.

Ini adalah sumber kesalahan mereka dan dua alasannya (yaitu bai’at dan mangkul) telah saya jabarkan pendalillan dan bantahannya. Dan pada kesempatan ini saya ingin sedikit manambahkan tentang keislaman orang yang ilmu atau syahadatnya tidak mangkul ala LDII dan tidak berbai’at kepada imam bithonah ala LDII.

عن أسامة بن زيد رضي الله عنهما يقول: بعثنا رسول الله صلى الله عليه و سلم إلى الحرقة، فصبحنا القوم فهزمناهم، ولحقت أنا ورجل من الأنصار رجلا منهم، فلما غشيناه، قال: لا إله إلا الله، فكف الأنصاري عنه، فطعنته برمحي حتى قتلته. فلما قدمنا بلغ النبي صلى الله عليه و سلم فقال: يا أسامة أقتلته بعد ما قال لا إله إلا الله؟ قلت: كان متعوذا. فما زال يكررها حتى تمنيت أني لم أكن أسلمت قبل ذلك اليوم. متفق عليه

Usamah bin Zaid rodiallahu’anhu berkata: “Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam mengutus kami ke al-Hirqah, maka kami menyerang mereka pada waktu pagi hari, dan kami berhasil menaklukkan mereka, kemudian aku dan seseorang dari al-Anshor mengejar salah seorang dari mereka, maka ketika kami berhasil menangkapnya, dia berkata : laa ilaaha illallah, maka orang anshor tadi menahan diri, sedangkan aku tetap menusuknya dengan tombakku, hingga akhirnya aku membunuhnya, maka ketika kami pulang, sampailah berita itu kepada Nabi shollallahu’alaihiwasallam, beliau berkata : Wahai Usamah! Apakah kamu bunuh dia setelah ia berucap laa ilaaha illallah? Aku berkata : ia mengucapkannya hanya ingin berlindung diri dariku, dan senantiasa beliau mengulangi pertanyaan tersebut, sampai-sampai aku berangan-angan seandainya aku tidak masuk Islam sebelum hari itu. (Muttafaqun’alaihi)

Dan pada riwayat Imam Muslim disebutkan:

فكيف تصنع بلا إله إلا الله إذا جاءت يوم القيامة؟ قال: يا رسول الله، استغفر لي. قال: وكيف تصنع بلا إله إلا الله إذا جاءت يوم القيامة؟ قال فجعل لا يزيده على أن يقول: كيف تصنع بلا إله إلا الله إذا جاءت يوم القيامة؟

“Bagaimana sikapmu dengan syahadat “la ilaha illallah” bila kelak datang pada hari qiyamat? Usamah pun berkata: Wahai Rasulullah, mohonkanlah ampunan untukku. Beliau kembali bersabda: Bagaimana sikapmu dengan syahadat “la ilaha illallah” bila kelak datang pada hari qiyamat? Beliau tidaklah menjawab permohonan Usamah ini selain dengan sabdanya ini: Bagaimana sikapmu dengan syahadat “la ilaha illallah” bila kelak datang pada hari qiyamat?”

Bukankah orang yang dibunuh oleh Usamah bin Zaid ini dibunuh dalam keadaan tidak membai’at dan ilmunya juga tidak mangkul, karena ia mengucapkan syahad “la ilaha illallah” di bawah ancaman pedang??!!

Dan pada kesempatan ini saya juga ingin bertanya kepada kaum LDII:

Bagaimana sikapmu dengan syahadat “la ilaha illallah” yang telah diucapkan oleh seluruh umat islam yang tidak tergabung dalam kelompokmu bila kelak datang pada hari qiyamat? Akankah kaum LDII mengatakan bahwa syahadat mereka adalah syahadat hasil curian, dan Al Qur’an serta Hadits yang diajarkan dan diimani oleh selain kelompok LDII adalah Al Qur’an dan Hadits curian sehingga tidak sah dan palsu? sebagaimana yang dilontarkan pada komentar saudara rohmanudins pada artikel saya yang pertama? (silahkan lihat komentar rohmanudins pada bagian bawah artikel ini -ed)

Jawablah wahai LDII dengan tegas dan jangan lagi anda menjadi pengecut dengan menjawab: Jawablah sendiri, sebagaimana yang dilakukan oleh Wong LDII (silahkan lihat komentar Wong LDII pada bagian bawah artikel ini –ed).

Tapi kalau takut terbongkar kedok kalian, maka itu adalah bukti nyata pada diri anda sekalian akan kesesatan dan kehinaan diri kalian yang telah mendustai hati nurani sendiri.

Adapun penerapan bai’at pada masa kita ini dan di negeri kita Indonesia, maka sebagaimana yang diketahui oleh setiap orang, kita memiliki pemerintahan yang sah, yang mengatur urusan umat, menjaga keamanan, keutuhan negeri umat islam, dst. Maka kita sebagai umat islam tidaklah dibolehkan untuk membai’at pemimpin baru baik Imam Bithonah atau Imam Batholah (pemimpin pengangguran) atau Imam Bathonah (pemimpin orang-orang yang berperut gendut).

Kewajiban kita ialah berjuang menegakkan kebenaran bersama pemimpin kita dan mendakwahi serta menasehati pemimpin kita bila ia melakukan kesalahan atau kesesatan, dan semua itu dilakukan dengan cara-cara yang bijak sehingga tidak membangkitkan fitnah, sebagaimana diwasiatkan Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam kepada umatnya:

من ولي عليه وال فرآه يأتي شيئا من معصية الله فليكره ما يأتي من معصية ولا ينـزعنَّ يدا من طاعة

”Barang siapa yang berada di bawah kepemimpinan seorang wali (pemerintah) dan ia melihatnya melakukan suatu kemaksiatan kepada Allah, hendaknya ia membenci tindak kemaksiatannya, dan jangan sekali-kali mencabut ikrar ketaatan”. (HR. Muslim, Ahmad)

إن الله يرضى لكم ثلاثا ويسخط لكم ثلاثا يرضى لكم أن تعبدوه ولا تشركوا به شيئا وأن تعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا وأن تناصحوا من ولاه الله أمركم

“Sesungguhnya Allah meridhoi untuk kalian tiga hal : Kalian beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, kalian berpegang teguh dengan tali (syariat) Allah dan tidak berpecah-belah, dan kalian menasehati orang yang Allah jadikan pemimpin atasmu”. (Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Al Muwattha’, dan Imam Ahmad)

يكون بعدي أئمة لا يهتدون بهداي ولا يستنون بسنتي وسيقوم فيهم رجال قلوبهم قلوب الشياطين في جثمان إنس، قال: قلت : كيف أصنع يا رسول الله إن أدركت ذلك ؟ قال: تسمع وتطيع للأمير وإن ضُرِبَ ظهرك وأخذ مالك فاسمع وأطع.

“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang tidak menjalankan petunjukku dan tidak mengikuti sunnahku, dan akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya seperti hati setan di dalam tubuh manusia. Hudzaifah berkata : aku katakan : apa yang harus kulakukan ya Rasulullah jika aku mengalami hal itu? beliau bersabda: Engkau mendengar dan menta’ati kepada pemimpin, walaupun punggungmu dipukul dan hartamu diambil, dengar dan ta’atilah”. (Riwayat Imam Muslim)

Adapun ucapan sahabat Umar bin Khatthab rodiallahu’anhu berikut ini:

لا إسلام إلا بجماعة، ولا جماعة الا بإمارة، ولا إمارة إلا بطاعة، فمن سوده قومه على الفقه كان حياة له ولهم ومن سوده قومه على غير فقه كان هلاكا له ولهم . رواه الدارمي

Sesungguhnya tidak ada Islam tanpa Jama’ah (persatuan) dan tidak ada Jama’ah tanpa Imarah (kepemimpinan) dan tidak ada Imarah/kepemimpinan tanpa ketaatan (kepatuhan). Barang siapa yang dijadikan pemimpin oleh kaumnya karena ilmunya/pemahamannya maka akan menjadi kehidupan bagi dirinya sendiri bagi dan juga bagi mereka, dan barang siapa yang dijadikan pemimpin oleh kaumnya tanpa memiliki ilmu/pemahaman, maka akan menjadi kebinasaan bagi dirinya dan juga bagi mereka. (Riwayat Ad Darimy)

Maka ucapan beliau ini tidak ada bedanya dengan hadits-hadits di atas, sehingga tidak dapat dipahami sebagaimana pemahaman LDII, dengan berbagai penjelasan yang telah saya sebutkan di atas (silahkan dibaca artikel-artikel sebelumnya -ed).

Ditambah lagi sanad ucapan Umar bin Khatthab rodiallahu’anhu bila ditinjau dari segi ilmu hadits, maka sanadnya lemah dengan dua sebab:

  1. Sofwan bin Rustum majhul (tidak diketahui status kredibilitasnya), sebagaimana dinyatakan oleh Az Zahabi dalam kitabnya Lisanul Mizan 3/191, dan disetujui oleh Al Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Mizanul I’itidal 3/433.
  2. Inqitho’ antara Abdurrahman bin Maisarah dengan sahabat Tamim Ad Dary yang meriwayatkan ucapan sahabat Umar bin Khatthab ini.

Dan seandainya shahih pun, maka ucapan sahabat Umar ini justru menjadi hujjah atas orang-orang LDII yang telah membai’at orang-orang yang tidak berilmu, bahkan banyak salah paham, atau bahkan sengaja salah paham, la haula wala quwwata illa billah.

Ini membuktikan kebenaran sabda Nabi shollallahu’alaihiwasallam berikut ini:

إن الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من العباد ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى إذا لم يبق عالما اتخذ الناس رؤوسا جهالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا. متفق عليه

“Sesungguhnya Allah tidaklah mengangkat ilmu dengan cara mencabutnya dari manusia, akan tetapi Ia mengangkat ilmu dengan cara mematikan para ulama’, hingga bila Allah tidak menyisakan lagi seorang ulama’-pun, niscaya manusia akan mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin mereka, kemudian mereka ditanya, dan mereka pun menjawab dengan tanpa ilmu, maka mereka pun sesat dan menyesatkan“. (Muttafaqun ‘alaih)

Kemudian menanggapi pertanyaan saudara Luqman Taufiq berikut ini:

Luqman Taufiq berkata,
“mau nambah lagi:
warga ldii kalo haji di perbolehkan sholat di belakang imam masjidil harom maupun imam masjid nabawi (setau ane di luar itu tidak boleh) dengan alasan bahwa apa yg di pelajari oleh imam-2 masjidil harom tersebut sama dgn apa yang dibawa oleh abah H Nur Hasan. dikatakan bahwa mrk para ulama mekah medinah imamnya bukan Raja saudi melain ada imam tersembunyi atau istilah kami imam bithonah. Jadi kesimpulan kami bahwa imam-2 tsb adalah orang jamaah oleh krn itu kita boleh sholat dibelakang mereka. Pertanyaannya;
1. Apa betul Imam-2 masjidil harom maupun masjid nabawi menharamkan kitab karangan?( Istilah kami kitab di luar kutubussittah, atau kitab terjemahan, pendapat-2 seseorg)
2. Apa betul Imam-2 Masjidil harom dan Nabawi tsb memiliki imam Bithonah? ataukah imamnya rajanya?
3. Bisa Ngga ustadz menampilkan sekilas biografi imam-2 masjidil harom dan nabawi saat ini, dimana belajarnya mereka, trus siapa yg menunjuk mereka menjadi imam masjid?
Selama ini subhat yg beredar bahwa kami memiliki hubungan dengan imam-2 masjid tersebut, jadi ilmunya sama antara mereka dan ulama kami. Dan kami terus terang miskin sekali ttg info masalah ini. barang kali ustadz yg udah bertahun-2 di madinah bisa menjelaskan kpd kami secara gamblang dan ilmiah.”

Jawaban:
Ini bukanlah kedustaan dedengkot LDII untuk yang kali pertama, akan tetapi dusta telah menjadi senjata dan tameng untuk menutup-nutupi kenylenehannya dan kesesatannya.

Perlu diketahui, bahwa seluruh Imam masjid Haram di Mekkah dan Masjid nabawi di madinah adalah pegawai negeri di kerajaan Saudi Arabia:

Di Masjid Haram Mekkah:

  1. Syeikh Sholeh Bin Abdullah bin Humaid: Beliau adalah ketua Majlis Syura’ (Semacam DPR/DPA) di indonesia.
  2. Syeikh Abdurrahman As Sudais, beliau adalah alumnus kemudian dosen di Ummul Qura University.
  3. Syeikh Su’ud As Suraim beliau juga dosen di Universitas yang sama.
  4. Syeikh Usamah bin Abdullah Al Khoyyath, beliau adalah salah seorang hakim/qodhi di Pengadilan Negeri Makkah. (Mereka berempat adalah alumnus Ummul Qura University)
  5. Syeikh Muhammad bin Abdullah As Subayyil, maka beliau adalah Kepala Ri’asah ‘Amah Li Syuunil Masjidil Haram Wa Masjid Al Nabawi (Direktorat yang mengurusi masalah masjid Haram dan masjid Nabawi).

Di Masjid Nabawi Medinah:

  1. Syeikh Ali Bin Abdurrahman Al Huzaifi, beliau adalah alumnus Islamic University Of Madinah, dan sekaligus dosen di Universitas tersebut.
  2. Syeikh Solah Al Budair, beliau adalah salah seorang hakim di Pengadilan Negeri Madinah.
  3. Syeikh Husain Alus Syeikh, beliau adalah salah seorang hakim di Pengadilan Negeri Madinah.
  4. Syeikh Abdur Bari As Tsubaity, beliau adalah alumnus Islamic University of Madinah, dan Dosen di Kuliah Muallimin (semacam IKIP di Indonesia dahulu).
  5. Syeikh Abdulmuhsin bin Muhammad Al Qasim, beliau adalah alumnus King Muhammad bin Sa’ud University.

Yang menunjuk mereka menjadi imam di kedua masjid tersebut ialah Raja Kerajaan Saudi Arabia, atas usulan dari Direktorat yang mengurus kedua masjid tersebut.

Dan perlu diketahui bahwa mereka semua itu mendapatkan gaji tetap dari pemerintah Kerajaan Saudi Arabia serta berbagai fasilitas atas jabatan sebagai imam Masjid Haram atau Masjid Nabawi tersebut.

Dengan demikian jelaslah bahwa imam mereka adalah Raja Kerajaan Saudi Arabia, dan bukan Imam Bithonah apalagi Imam Batholah (pengangguran) sebagaimana kedustaan murahan dan bodoh yang dipropagandakan oleh dedengkot LDII guna membodohi umatnya. Apa lagi sampai imamnya adalah dari kalangan LDII.

Demikianlah betapa kejinya tokoh-tokoh LDII terhadap ummatnya, sampai menjadikan mereka tega menipu dan membodohi pengikutnya sendiri.

اللهم ربَّ جبرائيلَ وميكائيلَ وإسرافيلَ فاطَر السَّماواتِ والأرضِ، عالمَ الغيبِ والشَّهادة، أنتَ تحْكُمُ بين عِبَادِك فيما كانوا فيه يَخْتَلِفُون، اهْدِنَا لِمَا اخْتُلِفَ فيه من الحق بإِذْنِكَ؛ إنَّك تَهْدِي من تَشَاء إلى صراط مستقيم. وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين. والله أعلم بالصَّواب، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.

“Ya Allah, Tuhan malaikat Jibril, Mikail, Israfil, Dzat Yang telah Menciptakan langit dan bumi, Yang Mengetahui hal yang gaib dan yang nampak, Engkau mengadili antara hamba-hambamu dalam segala yang mereka perselisihkan. Tunjukilah kami –atas izin-Mu- kepada kebenaran dalam setiap hal yang diperselisihkan padanya, sesungguhnya Engkau-lah Yang menunjuki orang yang Engkau kehendaki menuju kepada jalan yang lurus. Shalawat dan salam dari Allah semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan seluruh sahabatnya. Dan Allah-lah Yang Lebih Mengetahui kebenaran, dan akhir dari setiap doa kami adalah: “segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam.”

-selesai-

Berikut ini adalah beberapa komentar dari pengikut dan pro LDII yang tidak kami tampilkan pada artikel LDII sebelumnya:

Name: qball | E-mail: mo_qihum@yahoo.com | IP: 222.124.45.105
dan pernyataan pak ustad LDII menajiskan orang lain itu juga tidak benar, emang pak ustad pernah mengalami sendiri?????? kalau tidak mau salaman dengan wanita yg bukan mahrom jelas gak mau dong… kan dalilnya ada bahwa lebih baik ditusuk dengan jarum besar dari besi yang tembus dari kepala samapai dubur dari pada menyentuh wanita yg bukan mahromnya, jelaskan???

Name: qball | E-mail: mo_qihum@yahoo.com | IP: 222.124.45.105
pak ustad juga harus ingat bahwa kita muslim tidak boleh mengkafir-kafirkan muslim yg lain karna akan akan menimpa pada dirinya sendiri, jadi tidak benar LDII mengkafir-kafirkan muslim yg lain, kalaupun ada itu hanyalah oknum yang menjelek-jelekkan.

Name: qball | E-mail: mo_qihum@yahoo.com | IP: 222.124.45.105
ingat sabda nabi man qola fi kitabillahi azza wa jalla bi rokyihi faqod akhto yang artinya bahwa barang siapa yang berkata dengan kitabnya Alloh (quran) dengan pendapatnya sendiri maka sungguh2 telah salah, maka berdasarkan dalil ini saya tidak setuju dengan ustad muh arifin karna jelas berdasarkan dalil ini orang tidak bisa dengan pemahamannya sendiri mengartikan atau memahami quran dengan pendapatnya sendiri walaupun pemahamannya benar, ingat nabi muhammad sendiri mendapat wahyu dari Alloh dari Malaikat Jibril dan dijelaskan oleh malaikat jibril padahalkan nabi orang arab, nah disinilah perlunya ilmu manqul itu, saya harap ustad faham

Name: Kardiman | E-mail: neo-2005@telkom.net | URI: | IP: 222.124.53.23
Ass
Membaca tulisan pak ustads ini saya berkesimpulan ini bukanlah dialog tapi satu pendapat yang secara sepihak di voniskan pak Ustads kepada LDII/Abu altov.Ini tidak mengherankan karena banyak web yang sepaham dengan Muslim.or.id menulis yang begitu “miring” tentang LDII.
Pak ustads saya banyak bergaul dengan berbagai orang dari berbagai paham islam yang berbeda baik itu NU, Muhammadiyah, Hizbut Tahir dan bahkan salafy dengan berbagai pecahannya dan saya suka berdiskusi dengan mereka dengan dilandasi saling menghormati tanpa ada prasangka karena kami sama sama mempraktekan firman Allah di surat Al hujaraat ayat 11.
Sayapun sering diskusi dengan teman teman dari LDII mendengar dan memahami pandangan mereka tentang islam, tentang Quran, tentang hadist, bagaimana pula cara mereka belajarnya, bagaimana pula mereka mempraktekannya dalam kehidupan sehari hari dan bahkan bagaimana cara mereka menghadapi berbagai cercaan dan hujatan dari pihak pihak yang tidak suka dengan mereka, Inssya Allah saya lebih banyak tahu dari pak ustads.
Kembali membaca tulisan pak ustads, saya berkesimpulan kalau pak ustads sangat tidak tahu bahkan bisa dikatakan “nol” pemahamannya tentang LDII dan saya menyarankan jika bapak ingin lebih dalam memahami mereka lebih baik datang ke pengajian mereka yang banyak sekali di pelosok pelosok desa maupun kota diskusilah dengan mubalighnya atau orang orang yang sudah dianggap Fakih.Dan saya yakin cara itu akan lebih elegant dan lebih akurat dan fair dalam membuat tulisan dan tentu saja hal itu harus dilandasi hati yang bersih tanpa prasangka.

Name: rohmanudins | E-mail: rohmanudins@yahoo.com | URI: http://udinsyahoo.com | IP: 222.124.24.67
Komentar saya tentang tulisan ini masih memiliki rasa siniz.. ada unsur tidak senang terlebih dahulu sebelumnya, mestinya saudara harus bersifat netral, walaupun dihati saudara tidak senang seperti kata-kata “Semoga ini menjadi nasehat kepada kaum LDII untuk kembali kepada islam yang diajarkan oleh Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam.ini mengandung makna bahwa saudaralah yang paling benar dan banyak lagi kata2x yang menunjukan bahwa saudara penulis orang yang tidak berkualitas alias bodoh ‘n goblok dalam hal ilmu agama, mestinya saudara masih perlu banyak belajar(ngaji)berguru seperti ceritanya nabi musa berguru kepada Khaidir sampai betul-betul faham apa itu agama.baru anda bicara
ingatlah saudara ku…..
Kebenaran itu hanyalah milik Allah, bukan milik golongan tertentu (LDII),orang-orang LDII hanyalah Patuh, dan tunduk sa’dermo thoat atas perintah Allah Rosul, dan Amir-nya lain tidak…ya
Ingat-ingat ya saudara ku
Kebenaran islam seseorang itu bukan dilihat dari pakaian gamis, congklang pecis, atau jenggotnya yang panjang atau dijidatnya ada tanda hitam bekas sujudnya akan tetapi benaran islam seseorang itu dilihat dari bagaimana dia mendapatkan ilmunya tidak mencuri(mangkul), dan juga ketaqwaan dihatinya, tidak menggunjingkan/ngerasani orang /memfitnah golongan tertentu, menjelek-jelekan golonga tertentu.

Name: wong LDII | E-mail: wongldii | URI: | IP: 222.124.24.67
-tulisan:
Semoga ini menjadi nasehat kepada kaum LDII untuk kembali kepada islam yang diajarkan oleh Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam.
-komentar :
ini kata-kata sinis, gimana mau mendapat hidayah!?
-tulisan :
Oleh karena itu saya heran terhadap ucapan saudara Abu Altov ini, apakah maksudnya dan kandungan apa yang sedang ia siratkan dari ucapannya ini? Apakah yang ia maksud adalah ilmu yang terkandung dalam Al Qur’an dan hadits Nabi shollallahu’alaihiwasallam yang sekarang ada di rumah-rumah umat islam (selain warga LDII) atau di toko-toko kitab, pesantren-pesantren, perpustakaan para ulama’, ustadz, kiyai, muballigh, dan santri-santri tidak sah karena tidak disampaikan oleh guru LDII?! Ataukah LDII memiliki sumber ilmu (baca: Al Qur’an dan hadits-hadits) yang tidak dimiliki oleh masyakat umum di luar kelompoknya?
-komentar :
ini ucapan orang yang tidak mengerti akan ilmu manqul.
-tulisan :
Ucapan Abu Altov ini menurut hemat saya adalah suatu doktrin yang amat buruk sekali yang mungkin ini adalah belenggu yang telah dililitkan oleh tokoh-tokoh LDII di leher setiap pengikutnya
-komentar :
sebaiknya belajar dulu, ngaji yang banyak biar ngerti dasar …
-tulisan :
kelompok LDII senantiasa eksklusif, dan takut bila ajarannya diketahui oleh khalayak umum secara terbuka.
-komentar :
ini tidak benar fitnah ini.
-tulisan :
lha wong LDII baru ada kemaren sore…
-komentar :
sore mbahmu ..!!
-tulisan :
Dan pada kesempatan ini saya ingin bertanya: Menurut doktrin LDII, sahkah keislaman orang kafir yang telah mengucapkan 2 kalimat syahadat akan tetapi pengucapannya tersebut tidak dibimbing oleh seorang guru baik dari LDII atau lainnya, melainkan dari hasil belajar sendiri?
-komentar :
anda sendirilah yang menjawabnya dan menilainya OK !?
-tulisan :
LDII adalah generasi penerus khowarij yang senantiasa mengkafirkan selain kelompoknya
-komentar :
salah satu ucapan orang yang bodoh.
– komentar tambahan :
Kebenaran hanyalah milik Alloh dan Rosul-NYA bukanlah milik orang LDII..!!
Orang-orang LDII hanya tunduk dan patuh (to’at) kepada perintah Alooh dan Rosul-NYA serta Amirnya, itu saja lain tidak.
INGAT !!!
* Tidaklah halal hidup seseorang di muka bumi kalau tidak ada tali bai’at (mengangkat amir) di lehernya.
* Ilmu manqul tidak akan runtuh …
ilmu manqul beriyoni, berwibawa, syah, tidak mencuri.
komentar tambahan :
Wahai ummat, orang kalau sudah terlalu banyak membaca buku/kitab-kitab karangan, maka sulitlah dia untuk mendapatkan hidayah/petunjuk kebenaran. Karena dia merasa dirinya sudah paling pintar, sudah merasa benar, sudah merasa POL sendiri.
INGAT! kebenaran islam seseorang tidak dilihat dari pakaian gamisnya yang congklang, jenggotnya yang panjang, topi pecisnya yg selalu gonta ganti.
Tapi islam seseorang itu dari hatinya, ketaqwaanya kepada Alloh, tidak “ngrasani” seseorang atau kelompok tertentu, tidak sok tau, padahal tidak tahu (sok pintar).
Ikutlah ilmu padi, semakin merunduk semakin berisi semakin berkualitas. OK!

Name: abil baghda | E-mail: resand@yahoo.com | URI: | IP: 61.94.200.13
ilmu mangkul :
1. mana lebih bagus belajar setir mobil sendiri atau dengan ada yang mengajar ?
sy yakin anda ( arifin ) adalah supir metro mini yang belajaR menyetir dengan pake SIM tembak ( jd ngawur)
2. nama ldii memang baru . tetapi anda pun belum lahir pada waktu nama itu di buat.
3. saya tanya apakah para imam-imam besar mencari ilmu dengan hanya membaca saja atau langsung datang dan belajar pada gurunya ?
4. baiat ! saya yakin anda belum sampai pada kitabul ahkam nya imam bukhory , imarohnya muslim .
5. mana dalil nya islam itu jaya dengan debat ?
6. INI TELP SAYA ( 0370 6639552 ) NAMA : ABIL UMUR SAYA 29 TH. MASIH MUDA ? YA , SAYA 28 TAHUN DI LDII.
PADA WAKTU ANDA ( ARIFIN ) MSH DALAM KEGELAPAN.
7. SILAHKAN HUB SAYA BILA ANDA MAU BELAJAR HADITS ATAU
KARNA KALO DEBAT ANDA BUKAN LEVEL SAYA.
HAI PARA PEMBACA SEMUA BACA – RENUNGKAN – DAN MENANGISLAH :::::::
TIDAK AKAN DATANG SEORANG LAKI-LAKI YANG MEMBAWA KEBENARAN SEMISAL YANG ENGKAU BAWA (ROSUL ) KECUALI AKAN DI MUSUHI.
GOL ANDA DI HUJAT ? DI KAFIRKAN ? OLEH GOL LAIN ? TIDAK ? BERARTI ANDA BUKAN YANG DI MAKSUD DALAM HADITS INI. OH…YA …. HADITS IMAM BUKHORY JUZ 1. CARI SENDIRI !

Sumber: http://muslim.or.id/?p=483

148 Comments »

  1. Benarkah Dakwah Salaf Dakwah Perpecahan?? (Menyikapi Perselisihan Sesama As-Salafiyun)

    SOAL JAWAB: Benarkah Dakwah Salaf Dakwah Perpecahan?? (Menyikapi Perselisihan Sesama As-Salafiyun)

    Comment by hambaAlloh — November 2, 2008 @ 2:07 pm

  2. telah terbit buku

    LDII after new paradigm:catatan para ulama

    dapatkan di toko buku gramedia

    penerbit: pustaka madani

    Comment by mago — August 22, 2008 @ 2:30 am

  3. KAJIAN ILMIAH TENTANG HAROKAH SALAFY
    Salafi meyakini bahwa hanya ada satu golongan yang selamat dan masuk
    syurga, yakni salafi, dari sekian banyak golongan yang ada saat ini (73
    golongan). Salafi menggunakan landasan hadits Nabi saw,

    “Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya
    masuk neraka kecuali satu golongan.” Ditanyakan kepada beliau:
    “Siapakah mereka, wahai Rasul Allah?” Beliau menjawab: “Orang-orang
    yang mengikutiku dan para sahabatku.” [HR Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu
    Majah, Ahmad, Ad-Darami dan Al-Hakim].

    Kemudian diperkuat lagi dengan kaidah yang mereka gunakan bahwa
    “Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan jumlahnya banyak sekali”,
    kebenaran yang satu ada pada salafi! Keyakinan ini berdasarkan hadits
    Nabi Saw,

    Rasulullah saw bersabda: “Inilah jalan Allah yang lurus” Lalu beliau
    membuat beberapa garis kesebelah kanan dan kiri, kemudian beliau
    bersabda: “Inilah jalan-jalan (yang begitu banyak) yang bercerai-berai,
    atas setiap jalan itu terdapat syaithan yang mengajak kearahnya”.
    Kemudian beliau membaca ayat,

    Dan (katakanlah): “Sesungguhnya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah
    dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
    jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
    demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” (Qs.
    al-An’aam [6]: 153) [HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim] ( lihat 1, hal
    47-48).

    Sehingga salafi meyakini bahwa semua golongan sesat, bid’ah, tidak
    selamat dan tidak masuk syurga. Dengan keyakinan ini maka salafi merasa
    dirinya paling benar (karakter 1), sedangkan ulama/golongan lain selalu
    salah, sesat dan bid’ah. Sehingga golongan sesat dan bid’ah ini layak
    untuk dicela (karakter 2), harus diungkapkan semua keburukannya dan
    jangan diungkapkan secuil-pun kebaikannya, karena khawatir nanti
    diikuti oleh umat Islam (lihat 4, hal 28-29). Sehingga bertaburanlah
    dalam pengajian, daurah, seminar, buku-buku dan website-website salafi
    pernyataan bahwa hanya salafi-lah yang paling sesuai dengan as-sunnah
    dan celaan sesat dan bid’ah kepada ulama/golongan selain salafi.

    Berpecah Belah Sesamanya

    Tetapi ada satu hal yang aneh dan sangat bertolak belakang dengan
    keyakinan diatas, pada saat kita mencoba lebih jauh mengenal salafi
    maka akan dijumpai fakta bahwa secara internal salafi berpecah belah
    sesamanya. Salafi yang satu meyakini bahwa dirinya paling benar dan
    yang lain sesat, sehingga mereka mencela salafi yang lain dan ditahdzir
    (diperingatkan) agar segera bertaubat. Sedangkan salafi yang dicela
    juga mengatakan hal yang sama, bahwa merekalah yang paling benar dan
    yang lain sesat. Hal ini terjadi, kemungkinan besar karena karakter
    salafi yang merasa dirinya paling benar (karakter 1), sehingga sesama
    mereka sendiri saling berselisih, mau menang sendiri dan mencela satu
    sama lain (karakter 2).

    Abdurahman Wonosari:

    Berkaitan dengan fitnah tahazzub, yang dinukilkan oleh Syaikh Muqbil
    bin Hadi, dengannya memecah-belah barisan salafiyyin dimana-mana,
    termasuk di Indonesia. Kemudian fitnah yang ditimbulkan oleh Yayasan
    Ihya’ ut Turots yang dipimpin oleh Abdurahman Abdul Kholiq serta
    Abdullah as Sabt. Abdurahman Abdul Khaliq telah dinasihati secara keras
    dan sebagian Ulama’ menyebutnya sebagai mubtadi’. Adapun Jum’iyyah
    Ihya’ ut Turots dan Abdurahman Abdul Khaliq telah berhasil menyusupkan
    perpecahan sehingga mencerai-beraikan Salafiyyin di Indonesia. Apakah
    Jum’iyah Ihya’ ut Turots (disingkat JI) ini memecah-belah dengan
    pemikiran, kepandaian,gaya bicara mereka saja? (lihat 6).

    Abu Ubaidah Syafrudin:

    Bahkan sampai ta’ashub dengan kelompoknya, golongannya, sehingga
    menyatakan bahwa salafy yang murni adalah kelompok salafy yang ada di
    tempat fulani dan berada di bawah ustadz fulan (lihat 6).

    Perpecahan internal ini bisa sangat tajam, sehingga kata-kata yang
    diucapkan bisa sangat kasar, sehingga tidak layak diucapkan oleh
    seorang hamilud da’wah (pengemban da’wah),

    Abdul Mu’thi:

    Khususnya yang berkenaan tentang Abu Nida’, Aunur Rafiq, Ahmad Faiz
    serta kecoak-kecoak yang ada di bawah mereka. Mereka ternyata tidak
    berubah seperti sedia kala, dalam mempertahankan hizbiyyah yang ada
    pada mereka (lihat 6).

    Muhammad Umar As-Sewed:

    Adapun Abdul Hakim Amir Abdat dari satu sisi lebih parah dari mereka,
    dan sisi lain sama saja. Bahwasanya dia ini, dari satu sisi lebih parah
    karena dia otodidak dan tidak jelas belajarnya, sehingga lebih parah
    karena banyak menjawab dengan pikirannya sendiri. Memang dengan hadits
    tetapi kemudian hadits diterangkan dengan pikirannya sendiri, sehingga
    terlalu berbahaya.

    Ini kekurangan ajarannya Abdul Hakim ini disebabkan karena dia
    menafsirkan seenak sendiri dan memahami seenaknya sendiri. Tafsirnya
    dengan Qultu, saya katakan, saya katakan , begitu. Ya.., di dalam
    riwayat ini,ini, dan saya katakan, seakan-akan dia kedudukannya seperti
    para ulama, padahal dari mana dia belajarnya.

    Ketika ditanyakan tentang Abdul Hakim , “Siapa?”, lalu diterangkan
    kemudian sampai pada pantalon (celana tipis yang biasa dipakai untuk
    acara resmi ala Barat, red), “Hah huwa Mubanthal (pemakai panthalon,
    celana panjang biasa yang memperlihatkan pantatnya dan kemaluannya
    itu)” (lihat 2).

    Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji:

    KITA KATAKAN: apalagi yang kalian tunggu wahai hizbiyyun? Abu Nida’,
    Ahmad Faiz dan kelompok kalian At-Turatsiyyin!! Bukankah kalian
    menunggu pernyataan dari Kibarul Ulama’? Bahkan ‘kita hadiahkan’ kepada
    kalian fatwa dari barisan ulama salafiyyin yang mentahdzir Big Boss
    kalian!! Kenapa kalian tidak bara’ dan lari dari At-Turats?! Mengapa
    kalian masih tetap menjilat dan mengais-ngais makanan, proyek-proyek
    darinya?! (lihat 5).

    Walhasil, perpecahan diantara salafi terjadi beberapa kelompok dan
    diantara mereka merasa paling dirinya paling benar. Kelompok-kelompok
    yang berpecah belah dan saling menganggap sesat itu antara lain:

    Kelompok Al-Muntada (sururiyah) yang didirikan oleh Salafi London yakni
    Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin, kemudian di Indonesia membentuk
    kelompok Al-Sofwah dan Al-Haramain dengan pentolannya Muhammad Kholaf,
    Abdul Hakim bin Abdat, Yazid bin Abdul Qadir Jawwas, Ainul Harits
    (Jakarta) dan Abu Haidar (As-Sunnah Bandung).

    Ini juga dari kedustaan dia, membangun masjidnya ahlul bid’ah, Hadza
    Al-Sofwah, dan Yazid Jawwas mengatakan “Al-Sofwah itu Salafy”, padahal
    tadinya ketika dia masih sama kita dia mengatakan bahwa Al-Sofwa itu
    ikhwani, Surury, tapi ketika dia bersama mereka sudah meninggalkan
    Salafiyyin, terus omongnya sudah lain.

    Sehingga apa yang mereka sebarkan dari prinsip-prinsip ikhwaniyyah dan
    Sururiyyah ini, adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan Sunnah
    Rasulullah, dan bertentangan dengan 180 derajat (lihat 2).

    Kemudian kelompok Jami’atuts Turots Al-Islamiyah (lembaga warisan
    Islam) yang didirikan oleh salafi Kuwait Abdurrahman Abdul Khaliq, di
    Indonesia membentuk kelompok Ma’had Jamilurahman As-Salafy dan Islamic
    Center Bin Baaz (Jogya) dengan pentolannya Abu Nida’ Aunur Rafiq
    Ghufron (Ma’had Al-Furqan Gresik), Ahmad Faiz (Ma’had Imam Bukhari
    Solo), dan lain-lain.

    Lantas bagaimana menyikapi orang-orang at Turots/Abu Nida’ cs ini?
    Syaikh Muqbil memberikan kaidah tentang orang-orang yang padanya ada
    pemikiran hizbiyah, bahkan Abdurahman Abdul Kholiq dicap adalah
    mubtadi’. Dengan keadaan Abu Nida’ yang demikian, apakah sudah bisa
    memastikan bahwa Abu Nida’ adalah hizbi? Ya (Syaikh Yahya al Hajuri).

    Disinilah perlunya membedakan antara Salafiyyin dan At Turots,
    sebagaimana Allah tegaskan tidak akan sama orang yang berilmu dan
    beramal, dibanding orang yang beramal dengan kejahilan (lihat 6).

    Ada lagi kelompok salafi lain seperti FK Ahlussunnah wal jamaah (FKAWJ)
    dan Lasykar Jihad yang didirikan oleh Ja’far Umar Thalib, yang juga
    dianggap sesat oleh salafi lainnya.

    Abdurahman Wonosari:

    Sebagian orang menganggap kita yang telah berlepas diri dari kesesatan
    Ja’far Umar Thalib (JUT). Namun ketika jelas setelah nasihat dari para
    Ulama’ atas JUT, namun dia enggan menerimanya bahkan justru dia
    meninggalkan kita, maka Allah memudahkan kita berlepas diri
    daripadanya. Bahkan memudahkan syabab kembali kepada Al Haq, tanpa
    harus bersusah-payah. Padahal sebelumnya, banyak yang ingin menjatuhkan
    JUT dari sisi akhlak dan muammalahnya.

    Qadarallah, selama ini kita disibukkan dengan jihad (th 2000 – 2002),
    yang dengan jihad tercapai kebaikan-kebaikan, tidak diingkari juga
    adanya terjerumusnya dalam perkara siyasah/politik. Dan hal ini,
    membikin syaikh Rabi’ bin Hadi menasehatkan dengan menyatakan: “Dulunya
    jihad kalian adalah jihad Salafy, kemudian berubah menjadi jihad
    ikhwani.” Mendengar peringatan yang demikian, alhamdulillah, Allah
    sadarkan kita semua, langsung bangkit dan kemudian berusaha membubarkan
    FKAWJ (Forum Komunikasi Ahlusunnah wal Jama’ah, red) dan menghentikan
    komandonya JUT (Laskar Jihad Ahlusunnah wal Jama’ah, red).
    Alhamdulillah.” (lihat 6).

    Kemudian kelompok salafi lainnya Ponpes Dhiyaus Sunnah (Cirebon) dengan
    Muhammad Umar As-Sewed. lihat 2 dan 6 Kelompok yang satu ini merasa
    salafi yang paling asli diantara salafi-salafi asli lainya, karena
    merujuk kepada ulama-ulama salafi Saudi.

    Saking kerasnya pertentangan diantara kelompok salafi itu, mereka
    memperlakukan kelompok salafi lain telah keluar dari salafi dan
    dianggap sesat dan bid’ah oleh salafi lainnya,

    Muhammad Umar As-Sewed (Cirebon):

    Dalam syarhus Sunnah dalam aqidatus salaf ashabul hadits, kemudian
    dalam Syariah Al-Ajurry, kemudian Minhaj Firqatun najiyah Ibnu
    Baththah, itu semua ada. Yang menunjukkan mereka semua sepakat untuk
    memperingatkan ummat dari ahlul bid’ah dan mentahdzir ahlul bid’ah,
    membenci mereka, menghajr mereka, memboikot mereka dan tidak bermajlis
    dengan mereka, itu sepakat. Sehingga apa yang mereka sebarkan dari
    prinsip-prinsip ikhwaniyyah dan Sururiyyah ini, adalah sesuatu yang
    bertolak belakang dengan Sunnah Rasulullah, dan bertentangan dengan 180
    derajat (lihat 2).

    Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, di negara-negara Arab-pun
    juga demikian, diantara ulama salafi sendiri mengklaim merekalah salafi
    yang asli dan harus diikuti, sedangkan yang lain sesat dan harus
    dihindari pengajian-pengajian, buku-buku dan kaset-kasetnya. Salafi
    yang merasa asli menyatakan bahwa merekalah pengikut shalafush shalih
    yang benar, sedangkan salafi yang lain hanya mengaku-ngaku saja sebagai
    salafi. Begitu juga sebaliknya!

    Ada kelompok ulama semisal Abdullah bin Abdil Aziz bin Baz, Shalih bin
    Fauzan Al Fauzan, Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Muhammad bin Shalih
    Al-Utsaimin, Muhammad bin Rabi’ Al-Madkhali, dan lain-lain. (Saudi),
    Muqbil bin Haadi, Yahya Al-Hajuri (Yaman), Muhammad bin Abdurrahman
    Al-Maghrawi (Maroko), Falah bin Ismail, Falah bin Tsani As-Su’aidi,
    Walid Al-Kandari, Mubarak bin Saif Al-Hajiri (Kuwait).

    Disisi lain terdapat pula ulama salafi yang mereka anggap sesat semisal
    Abdurrahman Abdul Khaliq (Kuwait), Muhammad Quthb (ex IM yang dianggap
    masuk salafi), Muhammad Surur bin Nayif Zainal (London), dan lain-lain
    (lihat 5). Abdurrahman Abdul Khaliq misalnya, beliau mendirikan
    Jami’atuts Turots Al-Islamiyah (lembaga warisan Islam) di Kuwait juga
    menggunakan landasan yang sama sebagai salafi, yakni menyatukan langkah
    dengan menjadikan Al-Quran dan sunnah serta mengikuti salafush shalih
    sebagai sumber tasyri’, mengembalikan setiap persoalan kepada
    kalamullah dan rasul-Nya (lihat 7, hal 11). Tetapi Abdurrahman Abdul
    Khaliq dianggap sesat dan bid’ah oleh salafi yang lain, karena beliau
    membentuk hizbi (lihat 6).

    Begitu juga Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin yang mendirikan
    Al-Muntada di London, juga mengaku sebagai salafi. Tetapi karena beliau
    mengkritik dengan keras kebijakan kerajaan Saudi yang bersekutu dengan
    kafir AS untuk memerangi Iraq pada perang teluk, beliau juga mencela
    ulama-ulama yang menjadi budak kerajaan Saudi dengan mecari-carikan
    dalil yang sesuai dengan kebijakan penguasa kerajaan (lihat 4, hal
    78-82 catatan kaki). Disamping itu beliau menggunakan prinsip IM:
    “Nata’awan fima tafakna wa na’dziru ba’dina ba’don fi makhtalahna”
    atau “Kita saling kerjasama apa yang kita sepakati dan kita
    hormat-menghormati saling memaklumi apa yang kita berbeda” (lihat 2).
    Sehingga beliau dianggap sesat dan bukan lagi sebagai salafi.

    Sungguh menggelikan, satu-satunya golongan yang mengaku selamat dan
    masuk syurga, menganjurkan umat Islam untuk tidak berpecah belah dan
    hanya menyatu dalam satu golongan saja (salafi), serta menganggap
    golongan lain sesat dan bid’ah. Tetapi secara internal berpecah belah
    sesamanya, baik di Indonesia maupun di daerah Arab dan sekitarnya.
    Sangat kontradiksi bukan?, disatu sisi menganjurkan umat Islam untuk
    bersatu tetapi disisi lain internal salafi berpecah belah.

    Kecenderungan salafi untuk mencela golongan lain sebagai sesat dan
    bid’ah sehingga ‘terkesan’ salafi memecah belah persatuan umat, apakah
    hal ini dimaksudkan karena mereka tidak rela bahwa hanya salafi saja
    yang berpecah belah, sedangkan golongan lain tidak? Silahkan nilai
    sendiri! Wallahu’alam

    Khatimah:

    1. Karakter salafi berupa “Merasa dirinya paling benar” (karakter 1)
    dan kebiasaan “mencela golongan/ulama lain” (karakter 2) yang
    berseberangan pendapat dengan mereka bukanlah issue semata, tetapi
    dapat dibuktikan melalui fakta yang terjadi diinternal salafi sendiri.

    2. Karakter salafi yang merasa paling benar sendiri, menimbulkan
    perpecahan internal salafi. Ini merupakan hal yang wajar, golongan
    manapun jika mendahulukan egoisme dan hawa nafsu belaka maka akan
    berpecah belah. Sedangkan golongan-golongan Islam lain, tidak mengalami
    perpecahan internal separah yang dialami salafi, bahkan secara internal
    mereka solid. Kita bisa merujuk kepada NU, Muhammadiyah, Ikhwanul
    Muslimin/Tarbiyah/PKS, Hizbut Tahrir, Persis, Al-Irsyad, Jamaah
    Tabligh, dan lain-lain, mereka lebih tahan terhadap perpecahan internal
    karena karakter mereka memang beda dengan salafi (karakter 1 dan 2)

    3. Perpecahan salafi menjadi beberapa kelompok antara lain: kelompok
    Al-Sofwah & Al-Haramain Jakarta; Imam Bukhari Solo, Al-Furqan Gresik,
    Islamic Center Bin Baaz & Jamilurahman As-Salafy Jogya; FKAWJ & Lasykar
    Jihad Jakarta; Dhiyaus Sunnah Cirebon. Ini belum termasuk kelompok
    salafi yang telah ditahdzir dan kemudian taubat, tetapi tidak bergabung
    dengan salafi “asli” dan membentuk kelompok-kelompok sendiri.

    4. Orang awam yang baru mengenal salafi menjadi kebingungan, bagaimana
    mungkin satu golongan yang meyakini selamat dan masuk syurga, tetapi
    secara internal mereka sendiri berpecah belah. Lantas mana golongan
    salafi yang asli, yang selamat dan masuk syurga itu?. Kembali kepada
    kaidah yang diyakini salafi: “Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan
    jumlahnya banyak sekali”, maka berarti salah satu salafi saja yang asli
    dan yang lain sesat dan bid’ah, atau bisa jadi semuanya salafi palsu!

    5. Dengan memahami karakter asli salafi, kita bisa berlapang dada jika
    dicela sesat dan bid’ah oleh salafi, karena jangankan anda, sesama
    salafi sendiri saja saling mencela sebagai sesat dan bid’ah. Lantas
    apakah perlu dilayani jika anda dicela sesat dan bid’ah? Tidak perlu,
    karena tidak ada gunanya berdiskusi dengan orang yang merasa paling
    benar dan golongan lain selalu salah. Diskusi yang sehat adalah untuk
    “mencari kebenaran bukan kemenangan”, mencari hujjah yang paling kuat
    (quwwatut dalil). Jika meyakini hujjah lawan diskusi lebih kuat maka
    dengan lapang hati menerimanya, tetapi jika tidak ada titik temu dalam
    diskusi maka masing-masing harus menghargai perbedaan ijtihadnya. Jadi,
    sebaiknya dalam menghadapi salafi adalah dengan tidak menghadapinya.

    Comment by salafy yahudiyyah — July 9, 2008 @ 3:18 am

  4. tapi tidak dikatakan wong kaggol,wong jobo,tidak mendapatkan kedudukan dll lho

    Comment by by by — June 13, 2008 @ 1:27 pm

  5. menurut saya salah satu pola kronologisnya begini:

    1.ada seseorang, ambilah nama contoh mohamad ramdan
    2.Di LDII dia mempunyai ambisi pribadi ( contoh : mau jadi pengurus, mau jadi imam, mau jadi bagian keuangan) atau melakukan pelanggaran
    3.dia sangat kecewa ambisi pribadinya tidak tercapai
    4. dia marah besar ketika diingatkan dan dinasihati karena merasa lebih hebat dan ngga layak kalau dia dinasihati.
    5. dendam, marah, iri, kebencian, sakit hati, frustasi, stress, depresi, kecewa menyelimuti dirinya sampai bertahun-tahun dan sampai pada titik kulminasi tertinggi yang tak tertahankan.
    6.dia mengikrarkan diri keluar dari LDII. lalu memproklamirkan diri mendapat “hidayah” dengan keluar dari LDII
    7. berhubung dia tau banget LDII maka dia berikrar akan membocorkan semua “rahasia” dan “bithonah” LDII dengan harapan LDII akan hancur dan tercipta konflik horizontal dengan masyarakat.
    8.dia masuk salafy, -karena dia tidak sepenuhnya menyalahkan ajaran LDII- maka dipilihlah salafy yang tidak jauh2 coraknya dari LDII
    9.dia mencari orang-orang yang mengerti internet untuk membantu dia mempublikasikan fitnah dan hasutannya
    10.bikin milis, bikin blog2 yang memprovokasi,memcaci maki dan menghasut LDII

    11. orang2 salafi menyambut baik para “desertir” untuk bergabung dengan salafi dan turut memfasilitasi menyebarkan fitnah.

    12. para “desertir” ini kemudian membikin “asosiasi desertir” yaitu wadah mantan2 LDII untuk bersatu menyebarkan fitnah dan hujatan.sampe2 mereka bikin pertemuan2 konyol dan forum komunikasi mantan jokam (tambah konyol..:D)

    13. kecewa LDII koq ngga bubar2 ( kasihan yaaa..yo ramdan piss ah

    Comment by muntarsih — June 11, 2008 @ 7:47 am

  6. Titik (Tujuan) Akhir Ahli Bid’ah Dan Sifat-Sifat Mereka
    Dari Abu Qilabah ia berkata :
    “Tidaklah seseorang berbuat bid’ah melainkan (suatu saat) ia akan menganggap halal menghunus pedang (menumpahkan darah).” (Al I’tisham 1/112 dan Ad Darimy 1/58 nomor 99)

    Ayyub menamakan para mubtadi’ itu (sebagai) Khawarij dan ia menyatakan bahwa sesungguhnya orang-orang Khawarij itu nama dan julukan mereka berbeda namun mereka bersepakat dalam menghalalkan darah kaum Muslimin. (Al I’tisham 1/113)

    Abu Qilabah berkata :
    “Sesungguhnya ahlul ahwa itu adalah orang-orang yang sesat dan saya tidak menganggap ada tempat kembali mereka selain neraka.” (Al I’tisham 1/112 dan Ad Darimy 1/158)

    Seseorang berkata kepada Ibnu Abbas : “Segala puji hanya bagi Allah yang telah menjadikan hawa nafsu kami (berjalan) di atas hawa nafsu kalian (para shahabat).”
    Ibnu Abbas menukas : “Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kebaikan sedikitpun di dalam hawa nafsu ini. Dan ia dinamakan hawa karena ia menjerumuskan pemiliknya ke dalam neraka.” (Asy Syarhu wal Ibanah 123 nomor 62)

    Pendapat tersebut juga berasal dari Al Hasan Al Bashry, Mujahid, Abul Aliyah, dan Asy Sya’bi. (Asy Syarhu 124 nomor 63 dan Ad Darimy 1/120 nomor 395)
    Ibnu Sirin berpendapat bahwa orang yang paling segera murtad adalah ahlul ahwa (mubtadi’). (Al I’tisham 1/113)

    Dari Abi Ghalib dari Umamah, ia berkata mengenai ayat :
    “Lalu mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat (samar)” (QS. Ali Imran : 7)
    Bahwa ayat ini menerangkan keadaan orang Khawarij dan para ahli bid’ah. (Al Ibanah 2/606 nomor 783)

    Dari Ma’mar dari Qatadah ia menerangkan maksud ayat :
    “Adapun orang-orang yang di hatinya terdapat zaigh (kecenderungan kepada kesesatan)”
    Ia berkata : “Jika yang dimaksud ayat ini bukan Khawarij dan kaum Sabaiyyah, saya tidak tahu lagi siapa mereka. Demi Allah, seandainya orang Khawarij itu di atas hidayah tentulah mereka akan bersatu namun ternyata mereka di atas kesesatan maka mereka bercerai-berai. Begitupula segala perkara yang bukan berasal dari sisi Allah tentu akan terdapat di dalamnya perselisihan yang sangat banyak. Demi Allah sungguh Haruriyyah itu benar-benar bid’ah dan Sabaiyyah juga benar-benar bid’ah yang tidak pernah ada dalam satu kitab pun dan tidak pula disunnahkan oleh seorang Nabi pun.”

    Ibnu Baththah Al Ukbary berkata : “Al Haruriyyah adalah Khawarij dan As Sabaiyyah adalah kaum Rafidliy pengikut Abdullah bin Saba’ yang dibakar oleh Aly bin Abi Thalib dan hanya tertinggal sebagian di antara mereka.” (Al Ibanah 2/607 nomor 785)

    Dari Ayyub dari Abu Qilabah ia berkata :
    [ Sesungguhnya ahlil ahwa adalah orang-orang yang sesat. Saya menganggap tidak ada tempat kembali mereka selain neraka. Cobalah kalian uji mereka maka tidak ada satu pun dari mereka yang meyakini suatu ucapan atau berpendapat dengan satu pendapat lalu urusan mereka berakhir kecuali dengan pedang (menumpahkan darah). Dan sesungguhnya karakter kemunafikan itu beraneka-ragam modelnya. Kemudian ia membaca :
    “Di antara mereka ada yang mengikat janji kepada Allah.” (QS. At Taubah : 75)
    “Di antara mereka ada yang mencelamu dalam (pembagian) zakat.” (QS. At Taubah : 58)
    “Dan di antara mereka ada yang menyakiti Nabi.” (QS. At Taubah : 61)
    Ucapan mereka berbeda-beda namun mereka bersatu dalam keraguan, kedustaan, dan pedang (penumpahan darah kaum Muslimin). Dan saya menganggap bahwa tempat kembali mereka tidak lain adalah neraka. ] (Ad Darimy 1/58 nomor 100)
    Kemudian Ayyub mengatakan : “Abu Qilabah adalah –demi Allah– salah seorang dari para fuqaha’ yang berakal (cerdas).”

    Sa’id bin Anbasah berkata :
    “Tidak akan ada seseorang yang mengerjakan suatu kebid’ahan kecuali dengki hatinya terhadap kaum Muslimin dan tercabut amanah dari dirinya.” (Ibanah Ash Shughra 135 nomor 98-100)
    Al Auza’iy berkata :
    “Tidaklah seseorang berbuat suatu bid’ah melainkan hilang sikap wara’-nya.” (Ibid)
    Al Hasan Al Bashry berkata :
    “Tidaklah seseorang berbuat suatu bid’ah melainkan keimanannya akan berlepas diri darinya.” (Ibid)

    Imam Al Barbahary berkata (Syarhus Sunnah halaman 122) :
    “Dan ketahuilah sesungguhnya hawa nafsu itu semuanya rendah dan selalu mengajak kepada pedang (penumpahan darah).”

    Saya (Jamal) berkata : “Engkau lihat firqah-firqah dan hizb (golongan) yang ada dewasa ini seperti Ikhwanul Muslimin, Sururiyyah, Al Jabhah (di Aljazair), Tandhimul Jihad, Firqah At Turabi, Hizb Mas’udi dan lain-lain di manapun juga. Seolah-olah mereka berselisih sesama mereka namun (ternyata) mereka bersepakat dalam (urusan) pedang yaitu menghalalkan darah kaum Muslimin dan memusuhi Ahlus Sunnah.”

    Comment by abu Hafdz — June 9, 2008 @ 1:53 pm

  7. Kapan Dibolehkan Keadaan Seseorang
    Atau Diwajibkannya Menerangkan

    Hamdun Al Qashshar ditanya : “Kapankah waktu membicarakan seseorang?”
    Ia menjawab : “Jika telah pasti baginya untuk menunaikan kewajiban Allah ini berdasarkan ilmunya atau ia khawatir orang banyak celaka karena bid’ah itu dan ia berharap agar Allah menyelamatkannya.” (Al I’tisham 1/127)

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :
    [Jika nasihat itu adalah kewajiban bagi kemaslahatan agama secara khusus maupun umum seperti penukilan hadits yang mereka bersalah atau berdusta sebagaimana kata Yahya bin Sa’id :
    Saya bertanya kepada Imam Malik dan Ats Tsauri dan Al Laits bin Sa’d –saya menduganya Al Auza’iy– tentang seseorang yang tertuduh dalam periwayatan hadits atau tidak hafal. Mereka mengatakan :
    “Terangkan keadaannya itu.”
    Dan sebagian ada yang berkata kepada Imam Ahmad bin Hanbal : “Sesungguhnya berat bagiku mengatakan bahwa Fulan begitu, Fulan begini.”
    Maka kata beliau : “Jika kamu dan saya diam dalam masalah ini maka kapan orang yang jahil itu tahu mana hadits yang shahih dan mana yang cacat?! Dan seperti imam-imam ahli bid’ah yang memiliki berbagai pendapat dan ibadah yang menyelisihi Al Quran dan As Sunnah maka menjelaskan keadaan mereka dan memperingatkan manusia dari mereka adalah wajib berdasarkan kesepakatan kaum Muslimin (Ahli Ilmu).”
    Sampai dikatakan kepada Imam Ahmad bin Hanbal : “Seseorang berpuasa, shalat, i’tikaf lebih Anda cintai ataukah jika ia menerangkan keadaan ahli bid’ah?”
    Beliau berkata : “Jika ia puasa, shalat, dan i’tikaf maka itu untuk dirinya sendiri sedangkan apabila ia menerangkan keadaan ahli bid’ah maka ini adalah untuk kebaikan kaum Muslimin dan ini lebih utama maka menerangkan perkara ini agar berguna bagi kaum Muslimin dalam agama mereka termasuk salah satu jihad di jalan Allah sebab membersihkan jalan Allah dan agama, manhaj, dan syariat-Nya serta menghalau kejahatan ahli bid’ah dan permusuhan mereka adalah Fardlu Kifayah menurut kesepakatan kaum Muslimin. Dan apabila tidak ada orang yang Allah bangkitkan untuk menolak bahaya ahli bid’ah ini benar-benar akan hancurlah agama ini. Dan kerusakannya jauh lebih besar daripada kerusakan akibat penjajahan musuh dari kalangan orang-orang yang kafir yang mesti diperangi. Sebab mereka ini jika berkuasa belum tentu mampu merusak hati manusia yang dijajahnya kecuali pada kesempatan berikutnya sedangkan ahli bid’ah ini jika mereka berkuasa akan merusak hati lebih dahulu.” ] (Majmu’ Fatawa 28/231 dan 232)

    Muhammad bin Abdullah Al Ghalabiy mengatakan :
    “Ahli bid’ah itu akan menyembunyikan segala sesuatu kecuali persatuan dan persahabatan (di antara mereka).” (Al Ibanah 1/205 nomor 44 dan 2/482 nomor 518)

    Mu’adz bin Mu’adz berkata kepada Yahya bin Sa’id :
    “Hai Abu Yahya, seseorang walapun dia menyembunyikan pemikirannya tidak akan tersembunyi hal itu pada anaknya tidak pula pada teman-temannya atau teman duduknya.”

    Amru bin Qais Al Mulaiy berkata :
    “Jika kamu lihat seorang pemuda tumbuh bersama Ahli Sunnah wal Jamaah harapkanlah dia dan bila ia tumbuh bersama ahli bid’ah berputus-asalah kamu dari (mengharap kebaikan)nya. Karena pemuda itu bergantung di atas apa yang pertama kali ia tumbuh dan dibentuk.” (Al Ibanah 1/205 nomor 44 dan 2/482 nomor 518)

    Bukanlah Ghibah Menceritakan Keadaan Ahli Bid’ah

    Dari Al A’masy dari Ibrahim ia berkata :
    “Bukanlah ghibah menceritakan keadaan ahli bid’ah.” (Al Lalikai 1/140 nomor 276)

    Al Hasan Al Bashry berkata :
    “Menerangkan keadaan ahli bid’ah dan kefasikan orang yang berbuat fasiq terang- terangan bukan perbuatan ghibah.” (Al Lalikai nomor 279-280)

    Dari Sufyan bin Uyainah berkata, Syu’bah pernah berkata :
    “Kemarilah kita (berbuat) ghibah di jalan Allah Azza wa Jalla.” (Al Kifayah 91 dan Syarah Ilal At Tirmidzy 1/349)

    Dari Abi Zaid Al Anshary An Nahwiy berkata, Syu’bah mendatangi kami pada waktu turun hujan dan berkata :
    “Ini bukanlah hari (pelajaran) hadits, hari ini adalah hari ghibah, marilah melakukan ghibah tentang para pembohong itu.” (Al Kifayah 91)

    Dari Makky bin Ibrahim ia berkata, Syu’bah mendatangi Imran bin Hudair dan berkata : “Hai Imran, marilah kita ghibah sesaat di jalan Allah Azza wa Jalla.”
    Kemudian mereka menyebut-nyebut kejelekan (kesalahan) para perawi hadits. (Al Kifayah 91)

    Abu Zur’ah Ad Dimasyqi berkata, saya mendengar Abu Mushir (ketika) ditanya tentang seorang rawi yang keliru dan kacau serta menambah-nambah dalam meriwayatkan hadits, ia berkata : “Terangkan keadaan orang itu!”
    Maka saya bertanya kepada Abu Zur’ah : “Apakah itu tidak Anda anggap ghibah?”
    Ia menjawab : “Tidak.” (Syarh Ilal At Tirmidzy 1/349 dan Al Kifayah 91 dan 92)

    Ibnul Mubarak berkata : “Al Ma’la bin Hilal adalah rawi hanya saja jika datang satu hadits ia berdusta (berbuat dusta dengan hadits itu).”
    Seorang Sufi berkata : “Hai Abu Abdirrahman, Anda berbuat ghibah?”
    Maka beliau menjawab : “Diamlah kau! Jika kami tidak menerangkan hal ini bagaimana mungkin dapat diketahui mana yang haq mana yang bathil?” (Al Kifayah 91 dan 92 dan Syarh Ilal At Tirmidzy 1/349)

    Abdullah bin (Imam) Ahmad bin Hanbal berkata, Abu Turab An Nakhsyabi datang kepada ayahku lalu beliau mulai berkata : “Si Fulan dlaif, si Fulan tsiqah.”
    Berkatalah Abu Turab : “Wahai Syaikh, janganlah mengghibah ulama.”
    Ayahku segera menoleh ke arahnya dan berkata : “Celakalah kamu! Ini adalah nasihat bukan ghibah.” (Al Kifayah 92 dan Syarh Ilal At Tirmidzy 1/350)

    Muhammad bin Bundar As Sabbak Al Jurjaniy berkata, saya mengatakan kepada Imam Ahmad bahwa sangat berat bagi saya untuk mengatakan si Fulan dlaif, si Fulan pendusta.
    Maka beliau berkata : “Jika kamu diam dalam perkara ini dan saya juga diam maka siapa lagi yang akan menerangkan kepada orang-orang yang awam mana hadits yang shahih dan mana yang lemah?!” (Al Kifayah 92, Syarh Ilal At Tirmidzy, dan Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 28/231)

    Dari Syaudzab (katanya) dari Katsir Abu Sahl ia berkata :
    “Dikatakan bahwa ahli ahwa (ahli bid’ah) itu tidak mempunyai kehormatan.” (Al Lalikai 1/140 nomor 281)

    Dari Al Hasan bin Aly Al Iskafy ia berkata, saya bertanya kepada Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal tentang pengertian ghibah, beliau menerangkan : “Ghibah itu ialah jika kamu tidak menolak aib seseorang.”
    Saya bertanya lagi, bagaimana dengan seorang yang mengatakan : “Si Fulan tidak mendengar hadits dari seseorang dan si Fulan keliru?”
    Beliau menjawab : “Seandainya hal ini ditinggalkan manusia maka tidak akan pernah diketahui shahih atau tidaknya suatu hadits.” (Syarh Ilal At Tirmidzy 1/350)

    Ismail Al Khathaby berkata, Abdullah bin (Imam) Ahmad menceritakan kepada kami bahwa ia berkata kepada ayahandanya :
    “Apa yang Anda katakan mengenai para rawi yang mendatangi seorang syaikh yang barangkali ia seorang Murjiah atau Syi’iy atau dalam diri syaikh itu terdapat perkara yang menyelisihi As Sunnah apakah ada kelonggaran buat saya untuk diam dalam hal ini ataukah saya harus memperingatkan manusia agar berhati-hati dari syaikh ini?”
    Ayahku menjawab : “Jika ia mengajak orang kepada bid’ah sedangkan dia adalah imam ahli bid’ah maka benar kamu harus memperingatkan manusia dari syaikh ini.” (Al Kifayah 93 dan Syarh Ilal At Tirmidzy 1/350)

    Comment by abu Fathimah — June 9, 2008 @ 1:51 pm

  8. kenapa ya salafy begitu benci sama LDII sampe2 mereka begitu gencar buat propaganda di internet dalam bentuk blog, situs dan milis yang isinya memfitnah, mencaci, menjudge, menghujat LDII? tidak adakah cara yang lebih baik dan santun menghadapi perbedaan dengan manhaj lain? apakah salafy indonesia selalu bertindak dengan cara-cara yang menjijikan dalam menghadapi harokah yang tidak sejalan dengan mereka?

    Comment by jumiat — June 9, 2008 @ 6:00 am


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.