LDII Watch

January 15, 2007

[Kliping] Aliran Sesat

Filed under: Kliping Artikel Kontra LDII — ldiiwatch @ 12:51 am

Sumber: http://yamadhipati.blogspot.com/2006/10/aliran-sesat.html

Ditulis oleh: Alex Ramses

Bagaimana seharusnya negara melindungi rakyatnya dari praktik penyesatan dalam beragama? Apakah penyelewengan ajaran demi kepentingan kelompok tertentu serta penipuan atas nama agama termasuk dalam bingkai freedom of faith yang harus dilindungi? Bagaimanakah mengetahui bahwa suatu sekte tertentu adalah sesat? Apakah seyogyanya negara ikut campur dalam wilayah kepercayaan beragama? Serentetan pertanyaan di atas mengemuka seiring menjamurnya aliran-aliran menyeleweng yang mengatas namakan Islam di indonesia akhir-akhir ini.

Pemeluk agama Islam di negara kita lebih banyak dari jumlah seluruh muslim yang tinggal di negara-negara Arab. Isi kepala berjuta-juta umat ini tentu tidak bisa dirangkai-paksa menjadi sebentuk kesepakatan tunggal. Perbedaan pendapat serta perbedaan cara pandang terhadap Islam tentulah hal yang wajar belaka. Individu-individu dengan pandangan yang sama akan cenderung saling mendekati dan membentuk suatu kelompok. Sampai di sini, tak ada yang keluar dari batas kewajaran. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Sampai suatu ketika, kepala-kepala merasa bahwa merekalah yang persepsinya mengenai Islam paling benar. Tekstualis, kaku dan anti interpretasi. Sedikit saja kelompk lain berbeda pandangan dengan mereka, tiba-tiba yang lain ini dicap sebagai kafir atau minimal tidak Islami. Standar Islami yang mereka pakai sesempit lingkaran virtual yang mereka bangun di dalam kepala mereka. Mereka berdiri di dalam lingkaran tersebut, dan siapa saja yang berada di luar lingkaran, berarti tidak berada dalam wilayah Islami. Pada titik ini, barulah muncul permasalahan.

Persoalan lain mencuat ketika suatu kelompok, atas nama kebebasan beragama, kebebasan berpendapat dan kebebasan-kebebasan lain berteriak lantang menyuarakan faham baru yang liberal. Secara alami, faham ini berada pada kutub yang berlawanan dengan faham di atas. Yang saya kesan dari ajaran kelompok kedua ini adalah hasrat yang menggebu-gebu untuk memreteli atribut-atribut kesucian dari ajaran Islam. “Membumikan” Alqur’an dan “memanusiakan” Nabi. Kita semua tahu, bahwa Alqur’an memang diturunkan sedikit demi sedikit dengan beberapa di antaranya didahului oleh asbab al nuzuul yang menunjukkan “kebumiannya”. Sifat kontekstualnya. Kita juga semua faham betul bahwa Nabi adalah juga manusia. Tapi apa yang saya rasakan dari hasrat kelompok ini, ada kecenderungan kengidulen. Libido yang terlalu tinggi dan terlalu bersemangat dalam mendegradasi segala sesuatu yang besifat “langit”. Pameo seperti, Tidak ada hukum tuhan, dekonstruksi Alqur’an dan sebagainya kerap kita dengar dari kelompok ini.

Sifat ekstrim seperti ini barangkali merupakan sebuah reaksi logis dari gencarnya propaganda kelompok-kelompok tekstualis yang suka merasa punya hak monopoli atas kebenaran. Yang patut disayangkan, para pemuja liberalisme ini biasanya senang memposisikan diri “di luar Islam” atau gemar berkolaborasi dengan non muslim; Barat. Menjadikan Barat sebagai idola dan panutan. Dan dengan membabi buta menerapkan metodologi-metodologi barat dalam “membaca” ajaran dan turats Islam. Bahkan sampai ada — meskipun tidak banyak– yang melacurkan agamanya demi menyenangkan sang idola dan tujuan-tujuan lainnya. Slogan “berbedalah maka kau akan terkenal”, diterapkan. Membuat sensasi dan memunculkan kontroversi demi popularitas. Sebenarnya kita patut menghargai setiap pemikiran, apapun bentuk pemikiran itu asalkan jujur.

Tak jarang dua kelompok ini saling bersitegang dan berpolemik di media. Bahkan sampai keluar ancaman pembunuhan dari salah satu kelompok. Sementara jama’ah / jam’iyah dengan aqidah dan ajaran “mapan” yang menjadi wadah berpuluh juta umat seakan mandul dan tak mampu memberikan pencerahan. Mereka hanya terjebak dengan rutinitas organisasi yang absurd. Tak bermanfaat bagi umat dan tak progresif. Ada yang berkutat dengan tradisi yang tak masuk akal. Ada yang rebutan posisi. Ada yang hanya berfikir tentang kegagahan fisik organisasi. Lupa dengan tujuan dibentuknya organsisasi yaitu, membimbing dan memberikan pencerahan kepada umat. Jika aliran mainstream kehilangan orientasi, maka tak heran kalau kelompok-kelompok ekstrim baik kanan maupun kiri yang akan berjaya. Saya teringat perkataan seorang yahudi moderat dalam mengomentari gerakan ekstrim Zionisme; ” Jika orang-orang jujur kehilangan orientasi, percayalah para ekstrimis yang akan muncul dan mengambil alih kepemimpinan”.

Dalam situasi keberagamaan kita seperti ini, maka bangkitnya kelompok-kelompok ekstrim dengan berbagai corak dan kegiatannya bukanlah hal yang aneh. Bahkan kondisi seperti ini akhirnya dimanfaatkan oleh kelompok lain (para pencoleng munafik) yang menipu orang awam demi kepentingan pribadi. Sebut saja sekte-sekte semacam ahmadiyah, Islam Jama’ah ( LDII ), atau yang baru-baru ini membuat gempar umat Islam di Padang; Jami’ah Islamiyah dan lain-lainnya. Menurut hemat saya, khsusus dalam hal penipuan dan penyesatan semacam ini negara wajib turut campur menangani. Karena hanya negara yang memiliki perangkat sah dan dibutuhkan dalam menanganinya. Tapi kemudian ada pertanyaan yang mengemuka. Bagaimana caranya mengetahui bahwa kelompok-kelompok tersebut adalah sesat dan bahwa para pemimpinnya adalah penipu? Sebenarnya sama sekali bukan hal sulit mengidentifikasi kesesatan semacam ini. Aliran seperti ini sangat nyata kesesatannya. Bukan hanya sekedar ikhtilaf biasa antara modernis, tekstualis, tradisionalis ataupun liberalis.

Kesesatan gerombolan yang saya maksud ini mudah sekali kita ketahui. Kelompok ini biasanya cenderung ekslusif. Berkelompok cara hidupnya. Ada juga yang tidak membentuk komunitas tertentu tapi, hanya menjalankan ritual peribadatan dengan anggota gerombolannya saja. Menganggap yang lain sebagai kafir yang sesungguhnya, Najis dan tidak boleh memasuki masjid mereka. Menutupi ajaran aslinya dari orang lain. Menggunakan jurus Taqiyah seperti yang digunakan aliran-aliran sesat syi’ah pada era Kerajaan Islam awal. Mengajarkan ketaatan mutlak kepada pemimpin kelompok yang biasanya disebut sebagai amir. Bahkan ada yang mempercayai bahwa pemimpinnya adalah penjelmaan dari Nabi Muhammad atau bahkan tempat bersemayam ruh tuhan. Ujung-ujungnya, anggota diwajibkan membayar sejumlah uang yang telah ditentukan oleh pengurus gerombolan dengan dalih zakat dan sebagainya. Anggota dilarang keras mengetahui bagaimana uang tersebut ditasharrufkan. Mempertanyakan hal tersebut dianggap sebagai kufur. Amir gerombolan menentukan tafsir dan pemahaman atas nas dan harus diikuti oleh seluruh anggota. Menoleh kepada pemahaman orang lain atas nas dilarang keras. Dalam memahami nas, mereka harus taklid kepada pemimpinnya. Hidung mereka dicocok. Pasrah bongko’an.

Dalam kasus LDII, sang mastermind menggunakan taktik yang sebenarnya bukanlah hasil karyanya sendiri. Taktik yang dijiplak dari aliran-aliran sesat pada era kerajaan Islam di Arab. Pertama mereka mendekati golongan muslim awam — diprioritaskan golongan ekonomi baik — yang mudah ditipu. Karena para “santri” tentu sulit dijerat dan orang miskin tidak bisa diperas. Sang agen mengajak calon korban untuk berbicara tentang islam. Kemudian mulai memaparkan sebuah nas yang — kata mereka — tak terbantahkan. Bahwa nabi pernah bersabda: ” Laa Islaama illa bi al jam’aah, walaa jama’ata illa bi al imaamah, wala imaamata illa bi al bai’ah, walaa ba’iata illa bi al tho’ah”. Atau hadis yang semacamnya. Diktakan pula bahwa orang yang berada di luar jama’ah sampai mati, maka dia mati dalam keadaan jahiliyah alias Kafir.

Nah!!! Si calon mangsa mulai terusik hatinya. Berarti dengan syahadat dan menjalankan rukun Islam saja tidak cukup. Berarti dia harus masuk dalam sebuah jama’ah, karena tidak ada Islam kecuali dengan jama’ah, tidak ada jama’ah kecuali dengan imamah, tidak ada imamah kecuali dengan bai’at dan tidak ada bai’at kecuali dengan ketaatan terhadap sang Imam. Kemudian sang agen mengatakan: “Jangan takut, kamu bisa menjadi muslim yang sebenarnya kalau kamu mau berbai’at kepada pemimpin kami”. Mereka mengklaim bahwa di Indonesia sampai pada tahun tertentu munculnya pemimpin gerombolan ini, belum ada seorang muslim yang diangkat menjadi seorang Amir al mukminin. Sehingga sang amir tersebutlah yang harus menjadi tujuan bai’at dan sekarang kepemimpinan telah dilimpahkan kepada anaknya sebagai khalifah selanjutnya.

Hayhaata!!! Wa yaa Turaa!!! Para munafik ini menggunakan nas yang telah ditafsirkan sesuai dengan tujuannya sendiri menjerat orang-orang awam. Menipu dan memeras. Mereka bukan muballigh, mereka bukan pemimpin ummat. Mereka adalah Dajjal terkutuk. Apa alasan taqiyah dan menyembunyikan ajaran, kalau bukan karena takut ketahuan sesatnya? Khilafah dalam Islam juga tidak diwariskan. Hanya orang munafik atau kafir yang mengatakan bahwa orang muslim di luar golongannya dan menjalankan syari’at Islam serta lurus dalam akidah, sebagai kafir yang najis.

Melihat fenomena semacam ini, akankah pemerintah diam? Bukankah membiarkan masalah ini ditangani oleh “massa” justru hanya akan menimbulkan fitnah. Seharusnya pemerintah tegas dan berani mengambil tindakan. LDII yang berkali-kali berganti nama dan dulu pernah di-nass oleh Kejaksaan Agung sebagai aliran sesat, kenapa masih dibiarkan hidup dan berkembang sampai sekarang? Pada era dinasti Orde Baru, LDII sengaja tidak ditumpas karena dimanfaatkan suaranya dalam Pemilu. kalau benar ada niat dari pemerintah untuk “menertibkan” gerombolan-gerombolan sesat semacam ini, sebenarnya tidak terlalu sulit untuk menumpas atau minimal memperlambat perkembangannya. Pemerintah bisa mulai mendata dan melakukan penyelidikan yang mendalam tentang aliran-aliran ini. Kemudian bagi aliran yang terbukti melakukan penipuan dan penyesatan diambil tindakan tegas dengan menyita seluruh aset organisasi dan para pemimpinnya. Menangkap dan memenjarakan para pemimpin aliran sesat. Kemudian diberikan penyuluhan dengan dengan cara yang sebaik-baiknya kepada para korban penipuan ini. Dalam hal penyesatan dan penipuan atas nama agama ini, compromise is not acceptable!!!
Wallaahu a’lamu

275 Comments »

  1. sapan pun kmu,lamu adalah antek yahudi. kenapa? hanya yahudi yang ingin merusak agama samawi ini. biadab,lihat kehamcuran di palestina,itu semua krena dsar agama yang hak telh kamu obok2. hingga tak ada keamiran,yang ada cuma kerancuan ibadah.

    Comment by deni — April 4, 2009 @ 9:05 am

  2. Yang yang jelas LDII ini sudah seperti bunglon ganti-ganti kulit. ada apa kalau tidak ketakutan atas kesalahannya.mereka ini adalah ujung tombak zionis tetapi tidak sadar kalau dibuat martir oleh kaum zionis, nasrani, amerika(barat)agar mereka ini di buat peluru untuk memerangi umat islam yang benar.tapi dasar orang2 LDII bodoh dan dibodohi oleh amirnya.yang pintar-pintar bodoh kayak film warkop ha ha aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.

    Comment by kang piul — April 1, 2009 @ 10:22 am

  3. Kebodohan termasuk sifat penghuni neraka
    Posted by admin
    16/04/2007 5780 clicks Printable Version
    Salah satu hal yang menunjukkan begitu pentingnya ilmu syar’i adalah bahwasanya kebodohan merupakan sifat penghuni neraka. Sebaliknya, seseorang yang diberi kemudahan untuk memahami ilmu syar’i dan mengamalkannya menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan padanya sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
    من يرد الله به خيراً يُفقهه في الدين

    Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan membuatnya pandai dalam agamanya (HR. Bukhari dan Muslim)
    Kebodohan termasuk Sifat Penghuni Neraka
    http://perpustakaan-islam.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=166

    Comment by by — December 2, 2008 @ 1:22 pm

  4. hihihihihi alex ramses ini kayaknya turunan firaun. aneh bila tulisan yang banyak salahnya ini dipercaya orang hehehehehe. hidup penuh dengan membohongi orang2 dan menghujat tanpa bukti, bagaikan iblis

    Comment by ujang — November 25, 2008 @ 5:06 pm

  5. Makna Hadits di atas

    Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimaullah dalam Fathul Bari XII/37 menukil perkataan Imam Thabari Rahimahullah yang menyatakan : “Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa Jama’ah adalah Sawadul A’dzam. Kemudian diceritakan dari Ibnu Sirin dari Abi Mas’ud, bahwa beliau mewasiatkan kepada orang yang bertanya kepadanya ketika ‘Utsman dibunuh, untuk berpegang teguh pada Jama’ah, karena Allah tidak akan mengumpulkan umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kesesatan. Dan dalam hadits dinyatakan bahwa ketika manusia tidak mempunyai imam, dan manusia berpecah belah menjadi kelompok-kelompok maka janganlah mengikuti salah sati firqah. Hindarilah semua firqah itu jika kalian mampu untuk menghindari terjatuh ke dalam keburukan”.

    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/message/505

    Comment by antok — November 8, 2008 @ 1:04 pm

  6. Hadits Hudzaifah Radhiyallahu ‘Anhu (untuk direnungkan )
    “Artinya : Dari Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu Ta’ala Anhu berkata : Manusia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan menimpaku. Maka aku bertanya ; Wahai Rasulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliyah dan keburukan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelah ini ada keburukan ? Beliau bersabda : ‘Ada‘. Aku bertanya : Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan ?. Beliau bersabda : Ya, akan tetapi didalamnya ada dakhanun. Aku bertanya : Apakah dakhanun itu ?. Beliau menjawab : Suatu kaum yang mensunnahkan selain sunnahku dan memberi petunjuk dengan selain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah. Aku bertanya : Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan ?. Beliau bersabda : Ya, da’i – da’i yang mengajak ke pintu Jahannam. Barangsiapa yang mengijabahinya, maka akan dilemparkan ke dalamnya. Aku bertanya : Wahai Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku. Beliau bersabda : Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa dengan bahasa kita. Aku bertanya : Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya ?. Beliau bersabda : Berpegang teguhlah pada Jama’ah Muslimin dan imamnya. Aku bertanya : Bagaimana jika tidak ada jama’ah maupun imamnya ? Beliau bersabda : Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu”. (Riwayat Bukhari VI615-616, XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi dalam Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no. 3979, 3981. Hakim IV/432. Abu Dawud no. 4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387 dan hal. 403-404, 406 dan hal. 391-399)

    Pada hadis yang tersebut diatas setelah saya pelajari dari sinilah timbul terdapatnya perbedaannya pemahaman diantara umat Islam dinegri ini khususnya, yang berada dalam negara bertatanan demokrasi pancasila ini, contoh orang Salafi, Muhammadyah, Nahdatul Ulama, Persis, menganggap bahwa umat Islam kita sudah dalam satu jamaah dimana Presiden adalah sebagai imam (Amirullmukminin) dan tidak perlu kita membangun jamaah lagi dan membaiat Imam, dan bila ada jamaah yang mengaku jamaah Islam maka termasuklah dia dalam firqoh, tapi orang LDII menganggap merekalah jamaah yang paling syah didunia ini setelah jaman kekhalifahan sahabat empat ( karena mereka tidak mengakui kahalifahan Umayah dan Usmaniah ) dimana mereka membaitat Imam bapak Nurhasan Ubaidillah Lubis sebagai Imam Amirullmukminin pada thn 1942 walau tidak mempunyai wilayah pemerintahan dan wilayah hukum ( Hukum Islam ) siapa umat Islam diluar jamaah LDII mereka anggap adalah firqoh(alias Kafir ) tapi beda dgn jamaah Muslimin Hizbulah dimana Imamnya adalah bapak WaliAlfatah yang juga mengkomplin merekalah yang paling pantas disebut jamaah 1952, dimana menurut versi mereka bahwa bapak Nurhasan Ubaidillah pernah mengangkat baiat kepada bapak WaliAlfatah(ada arsip bukti-buktinya), tetapi untuk jamaah Muslimin Hizbulah mereka tidak mengkafirkan orang diluar jamaah mereka dan mereka mengakui kekhalifahan Usmaniyah sebelum ke Imaman bapak WaliAlfatah.(Wallahuallambisawab)mungkin pendapat kami ini salah bagi teman2 seiman tolong kami dikritisi. Wassalamualaikum,

    Comment by usman bin wahid — October 9, 2008 @ 6:05 am

  7. mas …alangkah baiknya anda ganti nama yang ahsan …link ini ada baiknya agar kaum muslimin lapang dalam dalam mendapat informasi kelompok lain,
    info juga

    WEBSITE

    Comment by antok — September 18, 2008 @ 1:42 am

  8. Makna Ahlussunnah Wal Jama’ah

    Oleh: al-Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas

    Dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa umat Islam terpecah menjadi 73 kelompok dan hanya satu kelompok yang dipastikan selamat dan jaya di dunia dan akhirat. Para ulama kita sepakat bahwa satu kelompok yang dijamin selamat tersebut adalah kelompok Ahlussunnah wal Jama’ah. Namun seiring waktu, hakikat Ahlussunnah wal Jama’ah menjadi semakin pudar dan asing, bahkan bertolak belakang dengan paham keumuman. Tulisan ini mencoba menuntun Anda dalam memaknai Hakikat Ahlussunnah wal Jama’ah

    AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH ialah: Mereka yang menempuh seperti apa yang pernah ditempuh oleh Rasulullah ‘Alaihi Asholatu wa Sallam dan para Shahabatnya Radhiyallahu Ajma’in. Disebut Ahlus Sunnah, karena kuatnya (mereka) berpegang dan berittiba’ (mengikuti) Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya Radhiyallahu Ajma’in.

    As-Sunnah menurut bahasa adalah jalan/cara, apakah jalan itu baik atau buruk [Lisanul ‘Arab: VI/399]

    Sedangkan menurut ulama ‘aqidah, as-Sunnah adalah petun-juk yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya, baik tentang ilmu, i’tiqad (keyakinan), perkataan maupun perbuatan. Dan ini adalah as-Sunnah yang wajib diikuti, orang yang mengiku-tinya akan dipuji dan orang-orang yang menyalahinya akan dicela. [Buhuuts fii ‘Aqidah Ahlis Sunnah, hal. 16]

    Pengertian as-Sunnah menurut Ibnu Rajab al-Hanbaly Rahimahullah (wafat 795 H): “As-Sunnah ialah jalan yang ditempuh, mencakup di dalamnya berpegang teguh kepada apa yang dilaksanakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khalifahnya yang terpimpin dan lurus berupa i’tiqad (keyakinan), perkataan dan perbuatan. Itulah as-Sunnah yang sempurna. Oleh karena itu generasi Salaf terdahulu tidak menamakan as-Sunnah kecuali kepada apa saja yang mencakup ketiga aspek tersebut. Hal ini diriwayatkan dari Imam Hasan al-Bashry (wafat th. 110 H), Imam al-Auza’iy (wafat th. 157 H) dan Imam Fudhail bin ‘Iyadh (wafat th. 187 H).” [Jaami’ul ‘Uluum wal Hikaam (hal. 495) oleh Ibnu Rajab]

    Disebut al-Jama’ah, karena mereka bersatu di atas kebenaran, tidak mau berpecah belah dalam urusan agama, berkumpul di bawah kepemimpinan para Imam (yang berpegang kepada) al-haq/kebenaran, tidak mau keluar dari jama’ah mereka dan mengikuti apa yang telah menjadi kesepakatan Salaful Ummah. [Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama’ah fil ‘Aqiidah]

    Jama’ah menurut ulama ‘aqidah adalah generasi pertama dari umat ini, yaitu kalangan Shahabat, Tabi’in serta orang-orang yang mengikuti dalam kebaikan hingga hari kiamat, karena berkumpul di atas kebenaran.[Syarah Khalil Hirras, hal. 61.]

    Kata Imam Abu Syammah as-Syafi’i Rahimahullah (wafat th. 665 H): “Perintah untuk berpegang kepada jama’ah, maksudnya ialah ber-pegang kepada kebenaran dan mengikutinya. Meskipun yang melaksanakan Sunnah itu sedikit dan yang menyalahinya banyak. Karena kebenaran itu apa yang dilaksanakan oleh jama’ah yang pertama, yaitu yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya tanpa melihat kepada orang-orang yang menyimpang (melakukan kebathilan) sesudah mereka.”

    Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu:

    “Artinya : Al-Jama’ah adalah yang mengikuti kebenaran walaupun engkau sendirian.” [Syarah Ushuulil I’tiqaad karya al-Laalika-iy no. 160.]

    Jadi, Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang yang mem-punyai sifat dan karakter mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi perkara-perkara yang baru dan bid’ah dalam agama.

    Karena mereka adalah orang-orang yang ittiba’ (mengikuti) kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti Atsar (jejak Salaful Ummah), maka mereka juga disebut Ahlul Hadits, Ahlul Atsar dan Ahlul Ittiba’. Di samping itu, mereka juga dikatakan sebagai ath-Thaifah al-Manshuurah (golongan yang mendapatkan pertolongan Allah), al-Firqatun Naajiyah (golongan yang selamat), Ghuraba’ (orang asing).

    Tentang at-Thaifah al-Manshuurah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    “Artinya : Senantiasa ada segolongan dari umatku yang selalu dalam kebenaran menegakkan perintah Allah, tidak akan mencelakai mereka orang yang tidak menolongnya dan orang yang menye-lisihinya sampai datang perintah Allah dan mereka tetap di atas yang demikian itu.” [Shahih Bukhari no. 364 dan Shahih Muslim no. 1037 (174)]

    Tentang al-Ghurabaa’, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    “Artinya : Islam awalnya asing, dan kelak akan kembali asing sebagai-mana awalnya, maka beruntunglah bagi al-Ghuraba’ (orang-orang asing).” [Shahih Muslim no. 145]

    Sedangkan makna al-Ghuraba’ adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu hari menerangkan tentang makna dari al-Ghuraba’, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    “Artinya : Orang-orang yang shalih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada yang mentaatinya.” [Shahih, Tahqiq Musnad Imam Ahmad: VI/207 no. 6650, oleh Ahmad Syakir]

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda mengenai makna al-Ghuraba’:

    “Artinya : Yaitu, orang-orang yang senantiasa memperbaiki (ummat) di tengah-tengah rusaknya manusia.” [as-Shahiihah no. 1273]

    Dalam riwayat yang lain disebutkan: “Yaitu orang-orang yang memperbaiki Sunnahku (Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) sesudah dirusak oleh manusia.” [Hasan Shahih, At-Tirmidzi no. 2630]

    Ahlus Sunnah, at-Thaifah al-Manshurah dan al-Firqatun Najiyah semuanya disebut juga Ahlul Hadits. Penyebutan Ahlus Sunnah, at-Thaifah al-Manshurah dan al-Firqatun Najiyah dengan Ahlul Hadist suatu hal yang masyhur dan dikenal sejak generasi Salaf, karena penyebutan itu merupakan tuntutan nash dan sesuai dengan kondisi dan realita yang ada. Hal ini diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari para Imam seperti, ‘Abdullah Ibnul Mubarak, ‘Ali Ibnul Madiiny, Ahmad bin Hanbal, al-Bukhary, Ahmad bin Sinan dan yang lainnya, Rahimahumullah [as-Shahiihah: I/539 no. 270, karya al-Albani].

    Imam asy-Syafi’i (wafat th. 204 H) Rahimahullah berkata: “Apabila aku melihat seorang ahli hadits, seolah-olah aku melihat seorang dari Shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mudah-mudahan Allah memberikan ganjaran yang terbaik kepada mereka. Mereka telah menjaga pokok-pokok agama untuk kita dan wajib atas kita berterima kasih atas usaha mereka.” [Lihat Siyar A’laamin Nubalaa’: X/60]

    Imam Ibnu Hazm az-Zhahiri (wafat th. 456 H) menjelaskan mengenai Ahlus Sunnah, “Ahlus Sunnah yang kami sebutkan itu adalah Ahlul Haq, sedangkan selain mereka adalah Ahlul Bid’ah. Karena sesungguhnya Ahlus Sunnah itu adalah para Shahabat Radhiyallahu Ajma’in dan setiap orang yang mengikuti manhaj mereka dari para Tabi’in yang terpilih, kemudian Ash-habul Hadits dan yang mengikuti mereka dari ahli fiqih dari setiap generasi sampai pada masa kita ini serta orang-orang awam yang mengikuti mereka baik di timur maupun di barat.” [Al-Fishaal fil Milaal wal Ahwaa’ wan Nihaal: II/271]

    [Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Oleh Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M]

    Comment by by — September 5, 2008 @ 1:09 pm

  9. mas bejo se bejo se iso kementar se ra bejo kuwi sing ngawur kementare,
    cobo mas bejo kementarmu wae wis tabrakaan dewe,jare kon takok Alloh,lha kok jluntrunge Jare Ustad Abu bakar ba’asyir ki piye? he..he.. ning ra po po sing penting dho sregep ngaji yo.

    Comment by sabar — September 4, 2008 @ 2:17 pm

  10. Hadist mati tanpo bae’at = mati jahiliah koq podo diributke tho..
    Ndadak ngolei pengertian mati jahiliah ditakoake neng endi2. ditakoake mati tanpo baeat iku neng nerokone kekal opo ora. Mbok yo langsung ae takok Alloh. Lha sing nduwe neroko iku Alloh, dudu ulama.
    Tinimbang spikulasi, mbok yo urip pisan nduwe amir opo susahe. Sing merasa amire pak SBY kapan2 baeat langsung neng SBY
    Jare Ustad Abu bakar ba’asyir nalikane diwawancarai metrotv: ditakoni ngopo mengundurkan diri dari MMI deweke jawab: 3 orang di muka bumi itu wajib mengangkat amir, tidak harus melalui kekuasaan

    Comment by bejo — September 3, 2008 @ 7:27 am

  11. mero’yu bersemayamnya alloh ke langit dunia adalah hal yang bid’ah kata imam malik.
    ada baiknya saya tunjukkan situs resmi dari depag RI tentang LDII.
    http://www.depag.web.id/news/kerukunan/39/

    Comment by karyo — August 31, 2008 @ 5:25 am

  12. lha yen bentuke bumi bulat Alloh turun 1/3 malam yang akhir piye? sebagian isih malam, sebagian wis awan. mosok yo diubengi
    lha dzulqurnain nemoke matahari terbit dari lumpur hitam piye? opo hadise dhoif po yo.
    cobo mbok di satelit bumi iki sopo ngerti nemoke guone ya’jud ma’jud

    Comment by dodol — August 31, 2008 @ 5:09 am

  13. yen jare para ahli bumi iku bulat..koyo jeruk purut. tapi aku dewe yo durung pernah ngubengi
    yen alien yo emboh ono po ora. opo melok kekolifahane jin ae po. sopo ngerti isih ono wit jaman biyen. jare umure jin dowo-dowo.

    Comment by home — August 31, 2008 @ 5:01 am


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a reply to antok Cancel reply

Create a free website or blog at WordPress.com.